Beranda > Berita Umum > Atasi Gangguan Reproduksi, Direktorat Keswan, BBPKH Cinagara dan BET Bersinergi Lakukan TOT
Atasi Gangguan Reproduksi, Direktorat Keswan, BBPKH Cinagara dan BET Bersinergi Lakukan TOT
17 September 2021
Bogor, Sinegi yang apik antara Direktorat Kesehatan Hewan (Ditkeswan), Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara dan Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang bersinergi melakukan Training of Trainer (TOT) penanganan gangguan reproduksi tahap I. BET Cipelang sebagai tempat untuk materi praktek untuk diagnosa gangguan reproduksi. TOT diikuti oleh 21 dokter hewan yang berasal dari 21 Provinsi di Indonesia. (16/09/2021)
Penanganan Gangguan Reproduksi Tahap I ini merupakan kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh BBPKH dengan maksud mengembangkan kompetensi petugas medik reproduksi dalam penanganan gangguan reproduksi dan keseragaman kemampuan teknis petugas hewan. BET sebagai fasilitator dalam kegiatan praktik lapang ini turut serta mendampingi peserta dalam pelaksanaan praktiknya. Selain itu, praktik lapangan ini juga didampingi oleh berbagai narasumber yang kompeten di bidangnya.
Hingga saat ini masih banyak dijumpai di masyarakat adanya gangguan reproduksi pada ternaknya. Hal ini ditandai dengan rendahnya fertilitas induk, yang mengakibatkan adanya penurunan angka kebuntingan dan jumlah kelahiran pedet. Pada petani peternak, gangguan reproduksi dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan berdampak pada penurunan pendapatan peternak. Sedangkan secara nasional akan berpengaruh pada penurunan populasi dan penurunan pasokan daging.
Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi diantaranya; 1) retensio sekundinarium (ari-ari tidak keluar), 2) abortus (keguguran), 3) distokia (kesulitan beranak), 4) kelahiran premature/ sebelum waktunya.
Gangguan reproduksi pada sapi betina dapat disebabkan oleh penyakit infeksius maupun non infeksius, faktor genetik dan sistem manajemen pemeliharaan.
Penanganan gangguan reproduksi ditingkat pelaku usaha peternakan masih kurang, bahkan beberapa peternak terpaksa menjual sapinya dengan harga yang murah karena ketidaktahuan cara menangani. Peran serta petugas untuk menanggulangi gangguan reproduksi sangat dibutuhkan, sehingga memacu semangat untuk berusaha bagi peternak maupun pelaku usaha.
Dibaca : 226 kali