Beranda > Berita Umum > Sejauh Mana Pemanfaatan Transfer Embrio Sapi
Sejauh Mana Pemanfaatan Transfer Embrio Sapi
27 Mei 2021
Berawal dari pemikiran genius putra bangsa, BJ Habibie (Alm), Balai Embrio Ternak (BET) dibangun untuk menghasilkan bibit sapi unggul. Dengan dibangunnya balai embrio ternak sebagai penghasil bibit unggul, maka akan terpenuhi bibit sapi unggul di masyarakat. Suatu keniscayaan, tanpa bibit ternak unggul akan diperoleh populasi sapi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani berasal dari daging ini.
Sejak berdirinya BET pada tahun 1994 hingga saat ini telah dihasilkan sebanyak 1.565 ekor hasil TE dari seluruh Indonesia yang terlaporkan terdiri dari Jantan 780 ekor dan betina 785 ekor. Sapi hasil TE tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sampai dengan Mei 2021, BET telah mendistribusiakan sapi pejantan hasil TE ke Balai Inseminasi Buatan Nasional/Daerah, Dinas Peternakan, kelompok ternak, swasta dan perguruan tinggi. Sapi betina hasil transfer embrio, dipergunakan oleh BET sebagai replacement sapi donor yang sudah tidak produktif. Sapi jantan di distribusikan ke Balai Inseminasi Buatan, di produksi semennya yang selanjutnya semen dipergunakan sebagai kawin suntik di masyarakat. Sedangkan pejantan yang didistribusikan ke kelompok peternak maupun swasta dijadikan sebagai pejantan pemacek.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh BET dan dinas peternakan daerah untuk mengoptimalkan sapi hasil Transfer Embrio.
Kepala Balai Embrio Ternak, Oloan Parlindungan mengatakan “BET telah berkolaborasi dengan dinas peternakan daerah untuk mengoptimalkan kegiatan TE guna mewujudkan kemandirian pemenuhan bibit sapi. Aplikasi transfer embrio di daerah bertujuan untuk meningkatkan mutu genetik, dengan cara memanfaatkan pejantan dan betina unggul hasil TE yang diperoleh dari penjaringan oleh Dinas Peternakan daerah Provinsi/Kota/Kabupaten.”
“Seperti di daerah Sumatera Barat, pemerintah daerah dan dinas peternakan berkomitmen kuat untuk menjaring sapi-sapi hasil TE di masyarakat, yang selanjutnya BIBD memproduksi semen beku dari pejantan-pejatan hasil penjaringan tersebut, “lanjutnya.
Terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan TE di masyarakat diantaranya; 1) keterbatasan sapi resipien layak transfer. Perlu disiapkan resipien yang memenuhi syarat, nilai Body Condition Score sedang yaitu 2,75 , sehat dan memiliki siklus birahi normal. 2) Dinamika Kebijakan pimpinan di daerah, oleh karena itu agar selalu menyampaikan ke pimpinan tekait kegiatan aplikasi TE sehingga dapat berjalan secara berkelanjutan dan agar pimpinan dapat mengalokasikan anggaran di daerah agar hasil TE dapat di jaring kembali oleh Dinas. 3) keterbatasan petugas teknis TE di daerah.
Peningkatan keberhasilan hasil TE perlu didukung oleh SDM yang mumpuni. Oleh karena itu diperlukan bimbingan teknis TE secara rutin dan terus menerus serta bertahap untuk meningkatkan kemampuan petugas TE di daerah. Dengan meningkatnya jumlah SDM diharapkan daerah dapat mengelola kegiatan TE secara mandiri dengan tetap mendapat dukungan BET.
Dibaca : 357 kali