Beranda > Berita Umum > Kerbau , “Emas hitam” Indonesia

Kerbau , “Emas hitam” Indonesia

30 April 2020

Kerbau, emas hitam yang mulai dilupakan masyarakat kita. Identik dengan ternak aduan dan ternak pekerja yang melakukan pekerjaan – pekerjaan kasar untuk petani kita. Mengingatkan kita semua terhadap keberadaan, keunggulan dan potensinya.

Didukung oleh Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI),  Indonesia Livestock Alliance (ILA), Yayasan CBC Indonesia menyelenggarakan bincang ilmiah online zoom dengan judul “Belajar Beternak Kerbau”.  Hadir sebagai narasumber pada pertemuan ini adalah Ir. Sugiono, MP, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen PKH, dengan sang pakar kerbau Prof. Dr. Tridjoko Wisnu Murti Guru Besar Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ir. Suhubdy Yasin, Ph.D Guru Besar Fakultas Peternakan UnRam, Prof. Dr. Muhammad Rizal Guru Besar Jur. Peternakan Fak. Peternakan ULM dan Dr. Chalid Thalib, MS Peneliti Balai Penelitian Ternak. (30/04/2020)

Bincang ilmiah dilakukan secara virtual bertempat di ruang rapat BET Cipelang pada tanggal 30 April 2020 yang diikuti oleh kepala BET Cipelang dan para fungsional lingkup BET Cipelang.  Dari bincang ilmiah diperoleh informasi menarik tentang kerbau.  Saat ini, populasi Kerbau tertinggi di Indonesia berada di 3 (tiga) provinsi, yaitu Sumatera (40%), Jawa (28%) dan Nusa Tenggara (20%), sisanya terletak di setiap provinsi di Indonesia.  Dari tahun ke tahun, jumlah populasi kerbau mengalami penurunan. 

Dalam paparannya, Prof. Tridjoko menyampaikan, “bahwa membicarakan kerbau adalah layaknya membicarakan aset tinggi namun dinilai rendah (FAO, 2010).  Dengan potensi yang dimiliki kerbau, kerbau mampu untuk dimanfaatkan lebih optimal tentu saja dengan manajemen pemeliharaan yang baik, dengan kualitas pakan yang baik sehingga pertumbuhan dan potensinya dapat keluar dengan maksimal.”

“Potensi yang dimiliki oleh kerbau diantaranya adalah kemampuannya sebagai “convertor” limbah pertanian menjadi pangan layak konsumsi bagi manusia yang paling efisien, total solid kerbau 18 – 23% dibandingkan sapi yang hanya 12%, mampu memperkaya kesuburan tanah karena kotoran kerbau mencapai 4 – 6 ton /tahun, dengan potensi tersebut, kerbau mampu menopang kebutuhan pangan bagi manusia dengan baik,” Jelas Tridjoko Wisnu Murti. 

Prof. Ir. Suhubdy Yasin mengatakan,” bahwa Kerbau adalah ternak yang paling sopan dan ternak “Kyai” (Kyai Slamet yang digunakan untuk acara menyambut bulan ramadhan di keraton Surakarta).  Dengan pemahaman sistem reproduksi kerbau yang baik, produktivitas kerbau akan meningkat dan populasi akan cepat bertambah, tentu saja dengan pemberian pakan yang baik.”   

Beberapa hal penting yang harus dilakukan untuk dapat segera meningkatkan populasi kerbau di Indonesia diantaranya adalah dengan mengubah “image” “kejelekan” yang selalu diidentikkan dengan kerbau menjadi potensi baik dari kerbau, memperbaiki manajemen pakan, meningkatkan pemahaman tentang sistem reproduksi kerbau yang relatif silent heat dan meningkatkan kemampuan SDM dalam melakukan deteksi berahi dan IB pada kerbau. 

Peran pemerintah dalam meningkatkan populasi kerbau juga tak kalah pentingnya, pemerintah melalui Ditjen PKH telah memasukkan kerbau dalam program inti Ditjen PKH diantaranya adalah melalui peningkatan produksi kerbau, peningkatan kualitas pakan dan penyediaan benih kerbau yang diproduksi oleh BIB nasional dan daerah. 

Editor “ YS”

Dibaca : 700 kali


Lokasi Kami

Peta Lihat di Google Map

Tidak puas dengan pelayanan kami? klik berikut:

https://lapor.go.id/ SABERPUNGLI
Dupak e-Personal

Aksesibilitas

Pembaca Layar
Kontras
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jeda Animasi
Ramah Disleksia
Kursor
Jarak Baris
Perataan Teks
Saturasi
Reset